Djitoe online, Bengkulu – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bengkulu menggelar seminar untuk memeringati Hari Kependudukan Dunia.
Seminar yang dilaksanakan di Aula Universitas Muhammadiyah Bengkulu tersebut mengangkat tema mengurangi unmet need KB, angka kematian Ibu, menurunkan TFR serta memanfaatkan bonus demografi di Provinsi Bengkulu.
Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN RI, Dwi Listyawardani mengatakan bahwa unmet need KB adalah fenomena yang dipengaruhi berbagai faktor, seperti karakteristik demografi, sosial ekonomi, sikap, dan akses dan kualitas pelayanan.
“Unmet need KB adalah kebutuhan yang tidak terlayani. Kondisi tidak mau melahirkan (hamil) namun tidak didukung dengan penggunaan alat kontrasepsi,” terang Dwi.
Dikatan Dwi TFR (Total Fertility Rate) Bengkulu sebesar 2,34 dibawah nasional 2,38 dan angka penggunaan alat kontrasepsi dibengkulu cukup tinggi yakni sebesar 91,1% nomor 2 secara nasional sehingga dapat menekan angka aborsi.
Salah satu strategi menurunkan unmet need KB menuju 2030 SDGs adalah dengan diadakannya pelayanan KB Pasca Persalinan (KBPP).
Diketahui angka persentase kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) di Indonesia mencapai 10,6%.Dan jika dikonversikan dengan jumlah pasangan usia subur saat ini mencapai 51 juta. Artinya, hampir 5,5 juta pasangan yang membutuhkan KB belum terlayani.
Selain dihadiri Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN RI, Dwi Listyawardani, seminar tersebut turut dihadiri Adjunct Peneliti Lembaga Demografi FEB UI, Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo, PH.D dan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu, Busmar Edisyaf.(Rls MCBkl)